Pengertian
Overstatement
menurut bahasa adalah pernyataan yang berlebih-lebihan. Overstatement di bidang
ekonomi contohnya dalam penyesuaian inflasi terhadap harga pokok
penjualan dan beban depresiasi dirancang untuk menentukan laba, seperti
dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba. Meskipun begitu akibat
hubungan negatif antara inflasi lokal dan nilai valuta, perubahan kurs antara
laporan keuangan saru dengan laporan keuangan yang lain yang berurutan , yang
umumnya diakibatkan oleh inflasi (paling tidak selama satu periode tertentu),
akan menyebabkan perusahaan merefleksikan paling tidak sebagian dampak inflasi
(yaitu, penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian translasi yang telah tercermin
dalam laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan harus diperhitungkan sebagai
bagian dari penyesuaian inflasi.
Inflasi
adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan
dan berlangsung dalam waktu yang lama terus-menerus. Harga barang yang ada
mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana
dan dalam rentang waktu yang cukup lama
Dapat
disebut inflasi jika ada tiga faktor yaitu :
1. Kenaikan harga
2. Bersifat umum
3. Berlangsung terus-menerus
Kenaikan harga
Harga
barang dapat di katakan naik jika harganya menjadi tinggi dari harga
sebelumnya. Contohnya harga BBM yaitu Rp35,00/ltr pada mingu lalu, sedangkan
pada minggu ini harga BBM menjadi Rp45,00/ltr lebih mahal dari minggu kemarin.
Sifatnya umum
Kenaikan
harga suatu barang tidak dapat di katakan inflasi jika naiknya barang tersebut
tidak menyebabkan harga-harga secara umum . Contohnya : jika harga BBM naik
maka ongkos angkutan umum,bahan-bahan pokok menjadi naik ini baru bisa disebut
inflasi.
· Berlangsung terus-menerus
Naiknya
harga suatu barang tidak dapat di katakan inflasi jika naiknya barang tersebut
terjadinya hanya sesaat, inflasi itu dilakukan dalam rentang minimal bulanan.
Ada
beberapa faktor masalah sosial yang muncul dari inflasi yaitu :
1. Menurunya tingkat
kesejahteraan rakyat
2. Memburuknya
distribusi pendapatan
3. Terganggunya
stabilitas ekonomi.
JENIS JENIS INFLASI
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang,
berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada
di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara
30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila
kenaikan harga berada di atas 100%
Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi:
1)
|
Inflasi Ringan (Creeping
Inflation)
Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun
|
2)
|
Inflasi Sedang
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun
|
3)
|
Inflasi Berat
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun
|
4)
|
Hiper Inflasi
Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah
dialami Indonesia pada masa orde lama.
|
Ada
pun Jenis-jenis inflasi,
berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku,
inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
1. Inflasi tarikan pemerintah
2. Inflasi desakan biaya
3. Inflasi diimpor
·
Inflasi
Tarikan Pemerintah
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian
berkembang dengan pesat.Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan pendapatan
tinggi yang selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi
mengeluarkan barang dan jasa.Pengeluaran ini dapat menimbulkan inflasi.
Disamping dalam masa perekonomian berkembang
pesat , inflasi tarikan permiantaan juga bisa bersalu pada masa ketidakstabilan
politik yang terus menerus.Dalam masa seperti ini pemerintah belanja jauh
melebihi pajak yang di pungutnya.Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut
pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Pengeluaran
pemerintah agregat akan akan mewujudkan melebihi kemampuan ekonomi tersebut
menyediakn barang dan jasa.Maka keadaan ini inflasi.
·
Inflasi Desakan Biaya
Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian
berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran adalah rendah.Apabila
perusahan – perusahan masih menghadapi permintaan yang bertambah , mereka akan
berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih
tinggi kepada pekerjanya dan
mencari pekerja baru dengan tawaran dengan
pembayaran gaji dan upah yang tinggi ini.Langkah ini menyebabkan biaya produksi
meningkat yang akhirnya menyebabkan kenaikan harga – harga berbagai barang.
·
Inflasi Di Impor
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan
harga – harga barang yang di impor.Inflasi ini akan wujud apabila barang –
barang yang diimporyang mengalami kenaikan harga mempunyai persanan yang
penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan – perusahaan.Satu contoh hal yang
nyata dari inflasi ini adalah efek kenaikan harga minyak dalam tahun 1970an
kepada perekonomian Negara – Negara barat pengimpor barang lainnya.Minyak
penting artinya dalam proses proses barang – barang industri.Maka kenaikan
harga minyak tersebut menaikkan biaya produksi , dan kenaikan biaya produksi
mengakibatkan kenaikan harga –harga.
Stagflasi adalah suatu kondisi suatu
perekonomian mengalami inflasi dan stagnasi dalam waktu yang bersamaan.
Stagnasi adalah suatu keadaan di mana tingkat pertumbuhan ekonomi adalah
sekitar 0% per tahun.Contoh lain dari peristiwa ini stagflasi adalah keadaan
dalam ekonomi Indonesia sesudah krisis ekonomi asia pada tahun 1997. Pada tahun
berikutnya pendapatan nasional Indonesia menurun sebesar 13 persen, penganguran
mengalami kenaikan yang sangat nyata dan tingkat inflasi mencapai 70 persen
.Stagflasi ini berlaku sebagai akibat kemerosatan nilai rupiah yang sangat
besar dan ketidakstabilan politik yang ditimbulkan oleh penurunan nilai mata
uang yang dratis tersebut.
Jenis-jenis
inflasi berdasarkan persentasi atau nominal digit inflasinya, dapat
dibedakan
kedalam :
- Moderate
Low Inflation (inflasi 1 digit) misalnya 1% s.d
9%, biasanya orang masih percaya dan memiliki daya beli dan juga nilai
mata uang masih berharga.
- Galloping
Inflation (inflasi
dua digit) misalnya 10% s.d 99%, dimana orang mulai ragu, daya beli
menurun, nilai mata uang menjadi semakin menurun.
- Hyper
Inflation (inflasi
tinggi diatas 100%) adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat,
yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam
jangka waktu yang singkat, keadaan seperti ini orang-orang sudah tidak percaya
pada mata uang. Dimana nilai nominal uang jadi tidak berharga jika situasi
ini terjadi maka pemerintah melakukan Senering yaitu pemotongan
nilai uang.
Faktor - faktor yang
mempengaruhi Inflasi
Menurut Samuelson dan
Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:
a. DemandPull Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk
menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat.
b. Cost Push
Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang
diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan
penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang
menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull
Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :
a) Domestic
Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh
kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.
b) Imported Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh
kenaikan harga-harga barang pada umumnya inflasi bersumber dari
salah satu atu gabungan dari dua masalah berikut :
- Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan
perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
- Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut
kenaikan upah.
Disamping itu
inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari : Pertama, kenaikan
harga-harga barang yang diimpor. Kedua, penambahan penawaran uang yang
berlebihan tanpa diikuti pertambahan produksi dan penawaran barang. Ketiga,
kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintah yang kurang bertanggung
jawab.
Akibat-akibat
buruk dari inflasi beragam seperti pengangguran yang kian bertambah, menurunkan
taraf kemakmuran masyarakat dimana upah riil para pekerja akan merosot sehingga
taraf hidupnya pun akan menurun. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang
akan menjadi semakin memburuk jika inflasi tidak dapat dikendalikan atau
diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung akan mengurangi
investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikan impor. Kecenderungan
ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Tujuan jangka
panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada
tingkat yang sangat rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan
tiba-tiba sebagai akibat suatu peristiwa tertentu ysng berlaku diluar
ekspektasi pemerintah misalnya depresiasi nilai uang yang sangat besar atau
keadaan politik yang tidak stabil.
Inflasi Merayap
Inflasi merayap adalah proses kenaikan
harga-harga yang lambat jalnnya.Yang di golongkan kepada inflasi ini adalah
kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen
setahun.
Hiperinflasi adalah proses kenaikan
harga-harga yang sangat cepat , yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau
beberapa kali lipay dalam masa yang singkat . Di Indonesia sebagi contoh , pada
tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen dan pada tahun 1966 ia telah
mencapai 650 persen.dan inflasi seperti ini di golongkan sebagai inflasi
sederhana atau moderate inflation.
Inflasi Merayap dan
Pertumbuhan Ekonomi
Segolongan ahli ekonomi berpendapat bahwa
inflasi merayap adalah diperlukan untuk menggalakkan perkembangan
ekonomi.Menurut mereka harga barang pada umumnya naik dengan tingkat yang lebih
tinggi dari kenaikan upah.Maka dalam inflasi merayap upah tidak berubah atau
naik dengan tingkat yang lebih rendah dari inflasi.sebagai akibatnya kenaikan
harga-harga yang berlaku terutama mengakibatkan pertumbuhan dalam keuntungan
perusahaan-perusahaan.Untung yang sangat besar akan menggalakkan pertambahan
investasi.
Penanggulangan
BANK SENTRAL
peran
bank sentral sangat berpengaruh
Bank sentral memainkan peranan
penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya
berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank
sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa
kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk
pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral
yang kurang independen, salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang
bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan
mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya
mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen
dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban
mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena
nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat
inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak
diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
CARA
MENGATASI INFLASI
Usaha untuk mengatasi terjadinya
inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari
jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu
dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar. Berikut
ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi:
1. Kebijakan Moneter, segala kebijakan pemerintah di
bidang moneter dengan tujuan menjaga kestabilan moneter
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan ini meliputi:
a. Politik diskonto, dengan
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga bank,
hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang.
b. Operasi pasar terbuka, mengurangi
jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI
c. Menaikan cadangan kas, sehingga
uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang
d. Kredit selektif, politik bank
sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
memperketat pemberian kredit
e. Politik sanering, ini dilakukan
bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada tanggal 13
Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi
Rp.1
2.
Kebijakan Fiskal, dapat
dilakukan dengan cara:
a. menaikkan tarif pajak, diharapkan
masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada
pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat
mengurangi jumlah uang yang beredar.
b. Mengatur penerimaan dan
pengeluaran pemerintah
c. Mengadakan pinjaman pemerintah,
misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama.
3.
Kebijakan Non Moneter,
dapat dilakukan melalui:
a. Menaikan hasil produksi,
Pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih produktif dan
menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan menjadi turun.
b. Kebijakan upah, pemerintah
menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan upah disaat sedang inflasi.
c. Pengawasan harga, kebijakan
pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagi barang- barang tertentu.
DAMPAK
a. Inflasi memiliki dampak positif
dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan
tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan
kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
b. Bagi produsen, inflasi dapat
menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan
biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun,
bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa
menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada Pengusaha kecil).
c. Secara umum, inflasi dapat
mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku
bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
CONTOH NEGARA YANG MENGALAMI INFLASI
Inflasi saat ini tak hanya melanda
Indonesia belaka. Se-antero dunia pun saat ini sedang menghadapi gelombang pasang
inflasi. Fenomena yang demikian ini diakibatkan ulah lonjakan harga minyak
maupun komiditas lainnya dan tak lepas juga komoditas pangan. Kondisi yang
demikian ini ditambah lagi peranan hedge-fund dan spekulan komoditas
yang turut mendorong kenaikan harga.
Di
dunia, sepertiga negara-negara berkembang rata-rata sudah pernah mengalami
tingkat inflasi yang berada pada posisi dua digit, bahkan dibeberapa negara
sudah mengalami hiperinflasi.
Vietnam,
Venezuela dan Pakistan adalah contoh negara yang mengalami inflasi yang cukup
parah di mana tingkat inflasi mencapai 20% bahkan Zimbabwe sampai-sampai tak
sanggup mengendalikan inflasinya sehingga diambi kebijakan harus memotong 10
angka nol di mata uangnya, seperti 10 Milyar menjadi 1, dalam hitungan persen
inflasinya didapat 2,2 juta%! Wouw suatu rekor dalam sejarah dunia.
Menurut
catatan Bank Dunia, lonjakan harga berjamaah ini pernah terjadi pada tahun
1973. di tahun itu, hampir semua komoditas bak berikrar untuk naik harga secara
bersama-sama. Kenaikan harga-harga ini secara otomatis menjadi pukulan telak
bagi kelompok miskin, kelompok yang paling rentan terhadap lonjakan harga.
Besarnya permintaan dan kurangnya penawaran, terutama untuk bahan pangan telah
manjadikan masalah ini menjadi masalah global.
Dua
negara yang paling berjubel penduduknya, India dan China mengeluarkan kebijakan
melarang ekspor beras demi mengamankan pasokan dalam negeri. Sekedar menaikkan
pajak ekspor tidak terlalu jitu untuk kondisi seperti sekarang ini. Di sisi
lain, negara pengimpor beras, seperti Filipina dan Indonesia, mengadakan tender
besar-besaran untuk impor beras. Hal ini mendorong harga komoditas lebih suka
bertengger di atas.
Kenapa
kondisi seperti ini bisa terjadi? Diduga, kebijakan negara maju yang merangsang
produksi biofuel sebagai pengganti bahan bakar fosil, dalam rangka
mengantisipasi global warming, dengan cara pemberian subsidi, membatasi
ekspor, dan mewajibkan penggunaan biofuel di dalam negeri, telah memicu
konversi secara besar-besaran penggunaan komoditas pangan untuk bahan bakar
nabati. Komoditas yang tadinya di konsumsi sebagai makanan, sekarang digunakan
untuk menjalankan mesin. Di Amerika Serikat sendiri, 40% produksi jagung
dialokasikan untuk pembuatan etanol.
Inflasi diIndonesia
Di
Indonesia, bila dirunut ke belakang, lonjakan harga saat ini bukanlah yang
terparah. Coba tengok ke belakang di zaman orde lama bahkan lebih parah
lagi, besaran ratusan persen seolah telah menjadi hal yang biasa. Sepertinya
inflasi tinggi telah menjadi teman karib.
Tanggal
5 Agustus 2008, Bank Indonesia sudah berusaha mengekang inflasi dengan cara
menaikkan BI rate menjadi 9%, setelah berhasil dikerek turun 8%.
Tetapi
sebandingkah kenaikan BI rate ini dengan inflasi, karena sejatinya yang terjadi
adalah inflasi dari luar (imported inflation), jika dibandingkan tahun
2005, setelah kenaikan BBM, BI mengerek suku bunga dari 8.25 - 12.75 % hanya
dalam waktu 4 bulan saja. Tetapi sekarang, suku bunga naik dengan santai di
kisaran 0.25 persen per bulan, kalah banter dengan inflasi.
Gubernur Bank Sentral, Budiono dalam
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 5 Agustus
2008 mengatakan :
“Inflasi pada 2008 kemungkinan akan
meningkat pada kisaran 11,5-12,5% (yoy). Namun kami memperkirakan bahwa dengan
berbagai kebijakan yang telah dan akan dilakukan, baik oleh Bank Indonesia
maupun Pemerintah, inflasi akan kembali mengarah ke satu digit di tahun 2009
pada kisaran 6,5%±1%. Bank Indonesia akan memfokuskan pada upaya meredam dampak
tidak langsung dari kenaikan harga BBM dan pangan”
Di
depan mata tampak bulan puasa, Lebaran, dan Natal, penyumbang rutin inflasi
tahunan. Periode Juli - Desember biasanya lebih tinggi dari Januari - Juni.
Dengan hitungan yang sederhana saja, maka inflasi tahun 2008 sepertinya akan
melewati target pemerintah, diperkirakan akan berada pada kisaran 15%.
CLAURIA SULAIMAN
20209292
4EB07